Jumat, 04 Maret 2016

PADI ROBOH Petani Jadi Repot, Panen Lebih Awal, Kualitas Beras Rendah

Seorang petani memanen padi yang roboh di wilayah Dusun Punukan, Kelurahan Wates, Kecamatan Wates, Kulonprogo, Kamis (3/3/2016). (Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)
Seorang petani memanen padi yang roboh di wilayah Dusun Punukan, 
Kelurahan Wates, Kecamatan Wates, Kulonprogo, Kamis (3/3/2016). 
(Rima Sekarani I.N/JIBI/Harian Jogja)

Jumat, 4 Maret 2016 11:19 WIB | Rima Sekarani/JIBI/Harian Jogja |


Harianjogja.com, KULONPROGO-Sejumlah petani mengeluhkan tanaman padi yang roboh saat mendekati masa panen. Kegiatan panen jadi harus dipercepat beberapa hari agar gabah tidak semakin lembab dan mudah membusuk.
Belasan petani tampak sibuk memanen padi di wilayah Dusun Punukan, Kelurahan Wates, Kecamatan Wates, Kulonprogo, Kamis (3/3/2016). Namun, padi yang dipanen sudah dalam kondisi roboh dan basah akibat terendam air di sawah. “Robohnya ketika hampir waktunya panen, baru Senin [29/1/2016] kemarin,” kata Yanto, salah satu petani.
Hampir separuh dari padi yang ditanam di lahan seluas 930 meter milik Yanto roboh karena diterjang angin dan hujan. Yanto yakin hal itu bukan karena padi terlalu gemuk akibat kebanyakan pupuk urea atau lainnya. Menurutnya, penyebab padi roboh memang karena faktor alam.
Akibatnya, banyak butiran padi yang rontok dari tangkainya. Padi yang masih tersisa pun menjadi basah dan lebih rawan busuk jika tidak segera dipanen. Penjemuran gabah nantinya juga akan memakan waktu yang lebih lama. Meski demikian, dia belum bisa memperkirakan berapa kerugian yang dialami. “Kalau basah begini, berasnya nanti juga bakal jelek. Kalau tidak cepat dijemur, warna berasnya bisa jadi kecoklatan,” ujar Yanto.
Keluhan serupa disampaikan Gito, petani di wilayah Dusun Beji, Kelurahan Wates. Dia mengaku panen padi seharusnya dilakukan tiga atau empat hari lagi. Namun, angin kencang yang terjadi pada Selasa (1/2/2016) ternyata merobohkan sebagian tanaman padinya. “Ini tuanya belum sempurna tapi kalau dibiarkan lebih lama, nanti bisa busuk,” ucap Gito.
Petani juga harus lebih sabar saat menjemur gabah yang sudah terlanjur basah karena terendam air. Gito mengatakan, penjemuran gabah yang biasanya membutuhkan dua hari diperkirakan bisa menjadi empat hari atau bahkan lebih lama jika cuaca tidak cerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Kulonprogo, Bambang Tri Budi Harsono membenarkan jika banyak tanaman padi yang roboh di sejumlah wilayah, seperti Wates, Sentolo, Panjatan, Pengasih, dan Temon. Petani diminta segera melakukan panen jika memang sudah dekat jadwalnya untuk menghindari pembusukan padi.
“Kalau hanya dua atau tiga hari lebih cepat, sebenarnya tidak terlalu masalah karena bulir padi sudah terisi penuh,” ungkap Bambang.
Bambang lalu memaparkan, pemupukan yang tidak berimbang juga bisa menyebabkan padi roboh, misalnya kelebihan pupuk NPK. Jika padi roboh jauh sebelum masa panen, petani disarankan melakukan pengikatan agar tanaman kembali berdiri tegak dan lebih kuat saat terkena hujan dan angin.
Sumber :
http://www.harianjogja.com/baca/2016/03/04/padi-roboh-petani-jadi-repot-panen-lebih-awal-kualitas-beras-rendah-697597

Related Posts

PADI ROBOH Petani Jadi Repot, Panen Lebih Awal, Kualitas Beras Rendah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.