Jumat, 01 Juli 2016

Evaluasi Operasi Pasar Bulog di Yogyakarta, Harga Tinggi Bukan Soal Kelangkaan dan Tingginya Permintaan

YOGYAKARTA --- Kelangkaan bahan pangan dan tingginya permintaan, selama ini selalu dianggap sebagai penyebab melonjaknya harga pangan yang terus berulang di setiap momentum hari raya atau hari besar keagamaan seperti Idul Fitri. Namun, hasil evaluasi operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog Divre DIY sepanjang Bulan Ramadhan ini, ternyata menujukkan hal berbeda. Kenaikan harga lebih dipicu oleh sebab lain seperti panjangnya mata rantai distribusi dan ulah segelintir oknum pedagang yang ingin meraup untung terlalu besar. 

                                       M Sugit Tedjo Mulyono, Kabulog Divre DIY
Selama Bulan Ramadhan ini, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik Divisi Regional DI Yogyakarta telah menggelar operasi pasar dengan membuka pasar murah di banyak lokasi di DI Yogyakarta. Tidak kecuali operasi pasar khusus daging sapi, yang hingga kini masih berlangsung. Harga daging sapi lokal Bulog Divre DIY sejak pertama kali diluncurkan hingga sekarang ini tetap dijual seharga Rp. 95.000 Per Kilogram.

Operasi pasar Bulog Divre DIY dengan membuka pasar murah dilakukan di 18 Pasar Tradisional yang ada di 4 Kabupaten dan 1 Kota di DI Yogyakarta, 32 Kecamatan dan 14 instansi pemerintahan serta 4 lokasi milik swasta lainnya. Dalam operasi pasar itu, hingga hari ini tercatat beberapa komoditas pangan yang terjual adalah Beras CBP (Cadangan Beras Pemerintah) sebanyak 113.685 Kilogram, Beras Komersil sebanyak 502 Kilogram, Gula Pasir sebanyak 95.544 Kilogram, Minyak Goreng sebanyak 9.034 Liter, Bawang Merah sebanyak 2.496 Kilogram dan Daging Sapi Lokal sebanyak 1.624 Kilogram.

Suasana pasar murah yang digelar Bulog DIY
Kepala Bulog Divre DIY, Sugit Tedjo Muyono, pada Jumat (1/7/2016) mengatakan, dari hasil operasi pasar tersebut, pihaknya mencatat terjadi penurunan seketika terhadap harga jual sejumlah komoditas pangan yang dijual di pasaran. Bahkan, menurutnya, kendati harga daging sapi lokal kelas satu masih tinggi yaitu berkisar antara Rp. 116-130.000 Per Kilogram, namun untuk harga daging sapi lokal kelas tiga turun menjadi Rp. 111-110.000 Per Kilogram.

Hal demikian, jelas Sugit, menunjukkan dengan adanya operasi pasar telah membuat sejumlah pedagang menurunkan harga jualnya. Artinya lagi, lanjut Sugit, harga jual beberapa komoditas pangan di pasaran selama ini sebenarnya memang masih bisa ditekan. Hal demikian, menurutnya lagi, juga menunjukkan jika kenaikan harga yang terlalu tinggi yang selalu berulang setiap tahun bukan disebabkan oleh kelangkaan dan tingginya permintaan. "Tetapi, ada sebab lain seperti misalnya panjangnya mata rantai distribusi dan adanya oknum pedagang yang terlalu banyak mengambil keuntungan", simpul Sugit.

Karena itu, kata Sugit, pihaknya kini telah menggagas sebuah konsep inspiratif guna menjaga stabilitas harga bahan pangan pokok secara permanen atau berkesinambungan. Konsep itu disebut Rumah Pangan Kita (RPK), yaitu sebuah usaha kemitraan berbasis kerakyatan yang bertujuan memotong mata rantai distribusi dan mendekatkan produsen dengan konsumen. "Kalau operasi pasar itu hanya bersifat sementara pada momentum tertentu, maka RPK ini akan berlangsung seterusnya di semua daerah", jelasnya. (koko)

Source : http://www.cendananews.com/2016/07/evaluasi-operasi-pasar-bulog-di.html

Related Posts

Evaluasi Operasi Pasar Bulog di Yogyakarta, Harga Tinggi Bukan Soal Kelangkaan dan Tingginya Permintaan
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.